tak setampan Nabi Yusuf, tak seromantis Nabi Adam, dan tak sebaik Rasulullah.
Ichsan Afriadi
Untukmu, yang Hati Ini Lumpuh Karena-Nya
Segala syair yang ada telah
kurangkai di atas kata-kata yang indah, namun entah mengapa tetap
diamlah yang menjadikannya utuh dan bermakna.
Untukmu, yang mata ini teduh karena-Nya.
Sungguh apa yang saat ini tengah kurasa tak lagi sanggup kuterjemah, ketika Ia menghadirkan nama di hati lalu menjadikannya luluh tak berdaya. Sanggupkah kulakukan ini semua? Sekiranya hanya cinta saja yang ada. Apakah hati yang terlalu lemah? Yang menjadikan dosa tampak begitu indah. Atau mungkin aku yang salah, menari dengan waktu hingga terbawa oleh suasana.
Untukmu, yang lidah ini kelu karena-Nya.
Tak pernah satupun kata cinta terucap untuk wanita, namun di hadapanmu seolah hati ini menjerit karena-Nya. Aku selalu bertanya dalam hati, apakah ini salah? Di saat rasa yang ditakdirkan hadir, haruskah kuhapus dengan segala kelemahan yang ada. Apa yang bisa dilakukan oleh lelaki ini? Sedangkan ketika rindu menyapa, denyut ini seakan bertasbih memanggil namanya.
Demi Ia yang menjadikan senyummu teduh bersahaja, maafkan aku yang selalu bersembunyi di balik heningnya malam. Ketika lelaki fitrahnya untuk memilih, namun yang kupilih hanyalah diam. Bukannya ku tak ingin mengkhitbahmu segera dengan segala kesederhanaan yang ada. Jika boleh aku bertanya, haruskah hanya cinta saja yang kubawa? Di kala ilmu agama dan sekeping harta aku tak punya. Satu-satunya milikku hanya Dia, tempat di mana aku menitipkan rasa rinduku yang membuncah.
Untukmu, yang jiwa ini rapuh karena-Nya.
Mungkin saat ini jalan satu-satunya aku menjauh darimu untuk sementara, mengimami perasaanku sebelum menjadi imam untukmu nantinya. Kulakukan ini semua karena Dia dan sekiranya nanti kita tak ditakdirkan untuk bersama, maka yakinlah itu yang terbaik dari-Nya. Di mana wajah yang lain hadir dalam sujud istikharah. Namun, andai kelak kita dipersatukan atas nama cinta yang sesungguhnya, insya Allah takkan kusia-siakan waktu yang telah ada. Akan kuhiasi engkau dengan hiasan terindah mitsaqan ghaliza, di mana aku berjanji pada-Nya untuk menjagamu seperti ayah menjaga anaknya atau laksana mentari yang menjadikan rembulan teduh bercahaya.
Tiap detik senandung rindu berirama dalam doa, berharap engkau menantiku di bawah naungan cinta-Nya.
Untukmu...
Untukmu, yang mata ini teduh karena-Nya.
Sungguh apa yang saat ini tengah kurasa tak lagi sanggup kuterjemah, ketika Ia menghadirkan nama di hati lalu menjadikannya luluh tak berdaya. Sanggupkah kulakukan ini semua? Sekiranya hanya cinta saja yang ada. Apakah hati yang terlalu lemah? Yang menjadikan dosa tampak begitu indah. Atau mungkin aku yang salah, menari dengan waktu hingga terbawa oleh suasana.
Untukmu, yang lidah ini kelu karena-Nya.
Tak pernah satupun kata cinta terucap untuk wanita, namun di hadapanmu seolah hati ini menjerit karena-Nya. Aku selalu bertanya dalam hati, apakah ini salah? Di saat rasa yang ditakdirkan hadir, haruskah kuhapus dengan segala kelemahan yang ada. Apa yang bisa dilakukan oleh lelaki ini? Sedangkan ketika rindu menyapa, denyut ini seakan bertasbih memanggil namanya.
Demi Ia yang menjadikan senyummu teduh bersahaja, maafkan aku yang selalu bersembunyi di balik heningnya malam. Ketika lelaki fitrahnya untuk memilih, namun yang kupilih hanyalah diam. Bukannya ku tak ingin mengkhitbahmu segera dengan segala kesederhanaan yang ada. Jika boleh aku bertanya, haruskah hanya cinta saja yang kubawa? Di kala ilmu agama dan sekeping harta aku tak punya. Satu-satunya milikku hanya Dia, tempat di mana aku menitipkan rasa rinduku yang membuncah.
Untukmu, yang jiwa ini rapuh karena-Nya.
Mungkin saat ini jalan satu-satunya aku menjauh darimu untuk sementara, mengimami perasaanku sebelum menjadi imam untukmu nantinya. Kulakukan ini semua karena Dia dan sekiranya nanti kita tak ditakdirkan untuk bersama, maka yakinlah itu yang terbaik dari-Nya. Di mana wajah yang lain hadir dalam sujud istikharah. Namun, andai kelak kita dipersatukan atas nama cinta yang sesungguhnya, insya Allah takkan kusia-siakan waktu yang telah ada. Akan kuhiasi engkau dengan hiasan terindah mitsaqan ghaliza, di mana aku berjanji pada-Nya untuk menjagamu seperti ayah menjaga anaknya atau laksana mentari yang menjadikan rembulan teduh bercahaya.
Tiap detik senandung rindu berirama dalam doa, berharap engkau menantiku di bawah naungan cinta-Nya.
Untukmu...
...yang hati ini lumpuh karena-Nya.
25 comments:
Semoga bisa tetap mencintai di jalan yang benar, karena Dia semata. Aamiiin :)
Jagalah cintamu karena-NYA karena cinta adalah anugerah dari-NYA
Dan pilihan-NYA pastilah yang terbaik bagi kita jikalau cinta memang tak berjodoh
Semoga cinta kalian menyatu karena-NYA dan di ridhoi oleh-NYA Aamiin
Menebar kebajikan, menghentikan kebiadaban
Menyeru kepada iman
Walau duri merantaskan kaki
Walau kerikil mencacah telapak
Sampai engkau lelah, sampai engkau payah
Sampai keringat dan darah tumpah
Tetapi yakinlah, bidadarimu akan tetap tersenyum
di jalan cinta para pejuang.. ^__^
*terimakasih atas kunjungannya ke blogku..
Itu sketsanya juga bagus banget.
Pinter banget ya buat puisi dan gambar.
hmm..boleh buatin DEVY syair donk
Cantiknya lukisan gadisnya
Syairnya sip banget